Setiap warga negara Indonesia pasti mengetahui peristiwa bersejarah yang menandai bersatunya seluruh komponen bangsa dalam memerangi penjajahan di tanah air Indonesia tercinta kita ini. Peristiwa tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah Peristiwa dilaksanakannya Dumpah Pemuda yang melahirkan komitmen bersama para generasi muda dari berbagai latar belakang Suku, agama, dan ras untuk mengakui secara lahjir dan batin bahwa kita berbangsa satu, bertanah air satu dan juga berbahasa satu, Indonesia.
Bagaimana peristiwa tersebut bisa terlaksana, mari sedikit kita menengok kebelakang dan mengupas sekilas tentang peristiwa bersejarah ini yang semangatnya harus kita teruskan dan kita pegang teguh hingga sekarang.
Pada tanggal 27 Oktober 1928 dilangsungkan Kongres Pemuda II di Jakarta.
Kongres ini diprakarsai oleh PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar
Indonesia) yang didirikan di Jakarta pada tahun 1926, anggotanya
kebanyakan mahasiswa sekolah hukum dan beberapa mahasiswa kedokteran di
Batavia.
1) Kongres ini
dihadiri oleh 9 organisasi pemuda yang paling terkemuka, yaitu Jong
Sumatranen Bond, Pemuda Indonesia, Sekar Rukun, Jong Islamienten, Jong
Bataks Bond, Jong Celebes, Pemuda Kaum Betawi dan PPPI.
2)
Selain para pemuda, kongres juga dihadiri oleh tokoh-tokoh pergerakan
nasional dari partai politik, diantaranya Soekarno, Sartono, dan
Sunaryo.3) Selain itu,
hadir pula 2 orang utusan volksraad dan 2 orang wakil pemerintah Hindia
Belanda, yaitu Dr. Pijper dan Van der Plas. Keduanya adalah tokoh
Inlandsche Zaken.4)
Susunan panitia kongres adalah sebagai berikut: Ketua adalah Sugondo
Djojopuspito dari PPPI, Wakil Ketua dari Jong Java (Djoko Marsiad),
Sekretaris dari Jong Sumatranen Bond (Muh. Yamin), Bendahara dari Jong
Bataks Bond (Amir Syarifuddin), Pembantu I dari Jong Islamienten Bond
(Djohan Muh Tjai), Pembantu II dari Pemuda Indonesia (Kotjosungkono),
Pembantu III dari Jong Celebes (Senduk), Pembantu IV dari Jong Ambon (J.
Leimena), dan Pembantu V, Rohjani dari Pemuda Betawi.5)
Pokok persoalan yang dibahas dalam kongres tersebut adalah bagaimana
cara mendapatkan bentuk persatuan di antara pemuda-pemuda Indonesia yang
sudah lama dicita-citakan oleh para pemuda dan mahasiswa Indonesia,
baik di Indonesia maupun di negeri Belanda.
Kongres Pemuda II berlangsung dalam rapat umum terbuka di tiga tempat
yang berbeda, menampilkan tiga prasaran, yaitu “Persatuan dan Kebangsaan
Indonesia” oleh Muh. Yamin, “Pendidikan” oleh Nn. Purnomowulan, Darwono
dan S. Mangunsarkoro, “Kepanduan” oleh Ramelan, dan Mr. Suaryo.6)
Pada rapat umum yang ketiga yang juga merupakan sidang penutup kongres,
bertepatan dengan hari Minggu malam Senin 28 Oktober 1928, dibacakan
hasil keputusan kongres. Intinya berbunyi:
Pertama : Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah satu, tanah Indonesia
Kedua: Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia
Ketiga: Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.7)
Inilah yang kemudian dikenal sebagai Sumpah Pemuda, dan dibacakan
kembali pada setiap upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda tanggal 28
Oktober setiap tahun.
Pada sidang penutupan itu pula diperdengarkan Lagu Indonesia Raya untuk
pertama kalinya di depan umum, oleh paduan suara yang terdiri dari
anggota-anggota PPPI, dipimpin oleh Bintang Sudibyo (Ibu Sud), diiringi
gesekan biola oleh penciptanya sendiri, Wage Rudolp Supratman.
Pernyataan ikrar, satu tumpah darah, satu bangsa, dan satu bahasa oleh
peserta kongres, disusul dengan tekad dan keyakinan bahwa asas itu wajib
dipakai oleh segala perkumpulan kebangsaan Indonesia.
Kongres Pemuda II yang melahirkan Sumpah Pemuda, pada dasarnya merupakan
kelanjutan dari Kongres Pemuda I yang dilaksanakan 2 tahun sebelumnya.
Kongres Pemuda I dilaksanakan oleh sebuha komite yang bernama Jong
Indonesia Kongres Komite, di bawah pimpinan Tabrani. Anggota-anggotanya
teridiri dari wakil-wakil organisasi pemuda yang ada waktu itu.
Tujuan Kongres Pemuda I adalah menanamkan semangat kerjasama antar
perkumpulan pemuda di Indonesia untuk menjadi dasar bagi persatuan
Indonesia, dalam arti yang lebih luas.8)
Diharapkan kongres akan membentuk suatu badan perhimpunan massa pemuda
Indonesia yang merupakan gabungan dari seluruh perkumpulan pemuda pada
waktu itu. Kongres yang berlangsung dari tanggal 30 April sampai 2 Mei
1926 itu ternyata tidak mencapai tujuannya. Beberapa bulan setelah
berlangsungnya Kongres Pemuda I, berdiri perkumpulan pemuda yang baru,
bernama Jong Indonesia (31 Agustus 1926). Pada awal 1927 Algemene Studie
Club di Bandung yang dipimpin oleh Soekarno, mendirikan pula organisasi
pemuda yang juga diberi nama Jong Indonesia yang kemudian diganti
menjadi Pemuda Indonesia.
Kenyataan semakin bertambahnya organisasi pemuda ini, mendorong pemuda
yang tergabung dalam PPPI mengambil prakarsa untuk melaksanakan Kongres
Pemuda II. Dengan demikian Kongres Pemuda II sesungguhnya merupakan
kelanjutan dari Kongres Pemuda I.
Daftar Referensi:
1) John Ingleson. 1983. Jalan ke Pengasingan Pergerakan Nasionalis Indonesia Tahun
1927-1934. Jakarta: LP3ES, hal. 72
2) Koencoro Purbopranoto dan Nyoman Dekker. 1973. Sejarah Indonesia dalam Abad ke XX.
FKIS-IKIP Malang, hal 47
3) John Ingleson. Loc.cit.
4) Koencoro Purbopranoto dan Nyoman Dekker. Op.cit.
5) Ibid. hal. 36
6) Ibid. hal. 37
7) Ibid. hal. 47
8) Sartono Kartodirdjo, et.al. 1983. Sejarah Nasional Indonesia V. Jakarta: Depdikbud, hal. 196